“Allah akan membalas sekecil apapun kebaikan maupun kejahatan yang telah kita lakukan”
Sangat setuju dengan pernyataan di atas , setelah beberapa hari mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik (insyaALLAH), sangat terasa perbedaannya. Mencoba membuat rutinitasku tak hanya sekedar kegiatan ataupun kewajiban yang ku jalani berlalu begitu saja. Berangkat kuliah, bikin tugas, rapat ini rapat itu, menyelesaikan amanah, pulang dan tidur. Ku coba tuk selingi. Bosan mungkin dengan rutinitas kampus, mau jadi kupu-kupu(kuliah-pulang kuliah-pulang), mau jadi kenang-kunang (kuliah-nangkring kuliah-nangkring) atau kura-kura (kuliah-rapat kuliah-rapat) sama ajaaa, wong yang dijalani itu-itu juga. Naah, makanya selingi dengan apa yang bisa abadi, ikhlas ndu’ ngejalaninnya J
Rutinitas itu cuma akan bisa didapat saat ini, saat kesempatan masih terbentang luas di depanmu. Anak yang dititip kuliah oleh orang tua buat belajar dan menuntut ilmu, eeh ternyata malah kerjaannya nangkring sana nangkring sini, ntah buat rapat, ngurusin organisasi, atau membahas visi sosial mereka. Banyak faktor. Banyak faktor yang menggerakkan bermacam-macam gerakan pada setiap insan. Rambut boleh sama hitam, atau yang muslimah, kepala boleh sama berjilbab, atau lagi buat yang mulsim kepala boleh sama berpeci, tapi dibalik rambut, jilbab dan peci??? Hmmm,, hayoooo… siapa yang tahu???
Lalu, apa hubungannya dengan sepenggal kalimat di awal tulisan ini? Ya, Allah itu sangat demokratis, Dia member kebebasan yang sebebas bebasnya bagi setiap umatnya untuk memilih. Mau kuliah, mau rapat, mau nangkring atau dan lain lainnya. Silahkan…
Namun, ingatlah “Allah akan membalas sekecil apapun kebaikan maupun kejahatan yang telah kita lakukan” mau pilih mana? Masihkah sesuka hati? Masihkah demi kehidupan yang fana? Oopppss,, tak perlu dijawab saat ini, silahkan tanyakan pada si “hati” masing-masing, apa yang sebenarnya dicari.
Sebagai contoh pengalaman pribadi, saat itu ada seseorang yang berhalangan hadir mengikuti ujian tengah semester sesuai waktu yang telah ditentukan akademik, namun dengan mengikuti prosedur yang ada, dia telah mempersiapkan perizinan mengenai ketidakhadirannya ini. singkat cerita, sampailah saat si dia tadi kembali memasuki rutinitas perkuliahan dengan status ketinggalan ujian tengah semester dibandin teman-teman sekelasnya. Otomatis dong, si dia mulai mengurus ujian dan mengejar ketertinggalan. Mulailah satu per satu menghubungi dosen mata kulaih yang bersangkutan. Alhamdulillah, mungkin karna berkat doa juga, pada awal-awal menghubungi dosen, segala jalan dipermudah. Ujian diikuti dan tak ada masalah.
Hari itu ada satu ujian yang dosennya luar biasa baiknya, beliau si dosen member kebebasan kepada si dia untuk memilih kapan akan ujian susulan. Wah, bukan main senangnya si dia, bahkan dosennya juga bilang, “minggu depan juga boleh, setelah mata kuliah saya”. Siiip.. si dia merasa senang dan bisa memikirkan hal yang lain dulu menjelang hari ujian.
Tak terasa waktu cepat berlalu, waktu satu minggu telah berlalu, di hari yang sama di minggu berikutnya, si dia kembali menghubungi dosen yang baik hati. Si dia menanyakan kapan dosen punya waktu untuk ujian susulan, dan sang dosen pun langsung memberi kesempatan saat itu juga kepada si dia untuk mengikuti ujian, namun karna ada urusan kepentingan social (si dia ternyata sosialnya cukup ok lah), si dia meminta izin agar ujiannya ditunda beberapa jam sampai kegiatan kemanusiaannya selesai, sang dosen yang baik hati pun tidak menolak.
Berangkatlah si dia dan teman2 mewujudkan satu visi kemanusiaan, daaan ternyata perjalanan mereka pun tak bisa diduga, prediksi waktu melebihi target, handphone si dia pun muncul dan mulailah si dia menghubungi dosen untuk mengkomunikasikan keadaannya.
Oiy, awalnya sang dosen sempat menolak ujian nya ditunda dan meminta si dia tidak ikut misis kemanusiaan dengan teman2nya, namun karna si dia (maaf sekali lagi, sosialnya ok lah) si dia tetap ikut misi. Saat ditelpon setelah lobi dan negosiasi akhirnya si dia berhasil mengundur ujian dan menjanjikan pada hari lain. Sang dosen yang baik hati menyetujui.
Saat hari yang disepakati tiba,
Jam menunjukkan pukul 09.00, si dia mencoba menemui sang dosen ke ruangannya, namun ternyata tak seorangpun dosen yang ada di ruangan itu. Sebagian lagi ada kelas, si dia mencoba menunggu kedatangan dosen, setelah agak lama, timbul keberanian untuk mengontak dosen melalui handphone, panggilan pertama tidak ada jawaban, “nunggu ajalah” pikir si dia. “paling bentar lagi juga akan datang”,,, so, si dia menunggu di lobi gedung perkuliahan dekat ruang dosen. Namun yang ditunggu tak kunjung datang, “coba de telpon lagi” si dia kembali menghubungi dan diangkat. Dari hasil telponannya dapat disimpulkan sang dosen akan ke kampus jam 10.00 karna ada ujian proposal mahasiswa tingkat akhir. Okeee,, “ga lama kok”,
…………
………..
Udah jam 10 lewat, …..
…….
………
10.20,, Alhamdulillah yang dinanti datang dan menyenangkan hati J
Prok prok prok…
“Mami,, saya mau ujian susulan”
“waah, nanti lah yaa, ini ujian proposalnya penting”
“berapa jam ya mami ujiannya”
“mami ga tau”
…..
……
…. N now? (silahkan dilanjutkan sendiri)
“jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberi. Tegaslah dalam menentukan prioritas dan mengambil tindakan. Apa yang kau beri, maka itulah yang akan kau dapatkan” DISIPLIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar